Saung Saung

Kumpulan Tweet Salim A. Fillah : #Bahagia

Selama hidup di dunia -di bumi yang kita pijak ini- siapa yang tak menginginkan dalam hidupnya selalu BAHAGIA, namun apa esensi dari bahagia sendiri menurut Islam?
  1. Selain sibuk mencarinya; ada waktunya di mana sebagian insan lalu bertanya; "Apakah kebahagiaan itu?"
  2. Maka kita mendapati bahwa ada kesepakatan besar yang tak berbeda dalam diri setiap insan; siapapun dia, kapan dan di mana..
  3. Bahwa kebahagiaan kita di antaranya terletak pada kenikmatan yang berlangsung lama dibanding yang cuma sebentar.
  4. Maka banyak insan yang merelakan diri menahan sejenak; menyimpan dulu; bersabar sebentar; demi menikmati kebahagiaan yang panjang.
  5. Ada yang rela mengorbankan kenikmatan yang dianggap kecil, demi yang lebih besar; agar mendapatkan kata itu: "Bahagia".
  6. Pada hal ini, kita mendapati bahwa antara mukmin & kafir; muslim & musyrik; mukhlis & munafiq; sama dalam memandangnya.
  7. Yang membedakan kemudian adalah kecerdasan & kejelian untuk mendefinisikan; manakah nikmat yang pendek, manakah yang panjang.
  8. Maka kafir, musyrik, & munafiq mengira bahwa nikmat yang pendek maupun yang panjang; hanya terada dalam hidup di dunia.
  9. Maka mereka bekerja keras & kepayahan; lalu menyimpan & menahan; dilanjut menikmatinya di potongan waktu berikut. Bahagia.
  10.  Sementara yang mukmin, muslim, & mukhlis tahu bahwa waktu pendek & panjang di dunia tak ada apa-apanya dibanding yang abadi.
  11. Maka kelompok pertama menanam agar menuai; memberi agar mendapat lebih banyak; tapi tak pernah keluar dari batas dunia.
  12. Sedang bagi kelompok kedua, segala rasa dunia; suka-duka, miskin-kaya, tangis-tawa, untung-celaka, sakit-sentausa; ringan semata..
  13. ..sebab kenikmatan yang panjang & abadi ada di hidup berikutnya. Maka mereka tak menukar 'amalnya dengan isi dunia.
  14. Maka mari kita ukur semua hal dalam soal kebahagiaan berpangkal dari sana; tentang saudara, tentang benda, & segala-gala.
  15. Milikilah saudara paling membahagia; yang di wajahnya membayang surga; yang bertutur kata mengingat Rabbnya; yang 'amalnya taqwa.
  16. Bagaimanapun keadaannya; miskin-kaya, sakit-sentausa, terpuji-terhina; mereka jauh lebih berharga daripada sepenuh bumi..
  17. ..orang yang wajah & penampilannya membuat kita bergairah mengejar dunia; bicaranya melambungkan angan bergelimang harta..
  18. ..dan meneladankan segala kerja bahkan ibadah untuk ditukar dengan pendek & sempitnya nikmat dalam hidup di bumi kita.
  19. Jangan kita salah sangka; saudara yang wajah, kata, & lakunya mengarah ke surga, surga & surga itu tak jadi lemah dalam bekerja.
  20. Barangkali mereka sama gigihnya; atau lebih keras memerah keringat & membanting tulangnya dibanding yang bersemangat kaya.
  21. Yang membedakan adalah untuk siapa mereka berpeluh-peluh; untuk apa mereka berdarah-darah; dikemanakan niat & manfaatnya.
  22. Sebab bukan dunia yang diidamkan; akhirat tak mereka gadaikan. Sebab bukan yang pendek jadi angan; ibadah tak mereka mainkan.
  23. Mereka amat gigih bekerja; demi mensyukuri daya terkarunia. Mereka amat giat menjemput rizqi; sebab ingin membersihkan diri.
  24. Mereka lelah, tapi terus berbenah; payah, tapi tak menyerah; sebab hasrat hati yang sangat kuat untuk menolong agama Allah.
  25. Dalam zhahirnya; apa yang mereka kerjakan mungkin sama bentuknya dengan golongan insan yang dunia meraja di hatinya.
  26. Keduanya sama-sama bekerja keras; & lalu sama-sama menafkahkan hartanya untuk yatim, fakir, membela para lemah & teraniaya.
  27. Yang membedakan adalah urutan 'amal hati yang menjadi rahasia di sisi Allah; si pengabdi sejati menjadikan semua untukNya.
  28. Baik bekerja maupun sedekahnya; semua untuk Allah; gigih bekerja untuk ridhaNya, gigih memberi pun mengharap wajahNya.
  29. Dia dipenuhi harap; moga 'amalnya mengantar pada bahagia akhirat. Dia cemas & takut, khawatir tak suci niat, tak lurus taat.
  30. Dia menjadikan pekerjaannya sebagai ketaatan untuk menolong ketaatan; gigihnya untuk kemanfaatan sesama berharap surga.
  31. Adapun perindu dunia tak demikian; gigih bekerja agar nikmat hidupnya; rajin ibadah agar lebih banyak yang dihasilkannya.
  32. Perjumpaan dengan Allah bagi perindu surga amat diharapnya; pemimpi dunia merasa cukup dengan berlipatnya kesenangan fana.
  33. Bagi penghasrat akhirat; bekerja itu ibadah, memberi itu ibadah, shalat itu ibadah. Yang satu tak dihambakan pada yang lain.
  34. Bagi pensyahwat dunia; sedekah, shalat, puasa, & usaha dihambakan pada bayang kenikmatan yang diperoleh dari hasil bekerja.
  35. 'Amal sama; kerja & berbagi; bisa jauh nilainya, sebab mukmin sejati selalu berjihad agar niatnya suci, khawatir tercemari.