Saung Saung

~Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh~
~Bismillahirahmanirahiim~

⁙ Derai Tawa dan Tetesan Air Mata ⁙ ~ #KahlilGibran

Ketika matahari menarikan kembali sinar-sinarnya dari sudut taman, dan rembulan memainkan jemari lentiknya di atas mahkota bunga-bunga, aku duduk seorang diri di bawah pepohonan rindang, merenung tentang suasana alam, sambil menerawang dan memandang di kejauhan, bagaikan bertamasya ke alam lain melalui celah-celah dahan dan dedaunan, bintang-bintang bertebaran di kubah langit, yang berkilau cerah seperti taburan intan berlian di atas permadani biru nilam.

Dari kejauhan samar terdengar alunan gemericik air yang membentuk parit-parit kecil, airnya mengalir lincah sambil bersenandung selama dalam perjalanannya menuju ke lembah. Burung-burung berlindung di balik ranting-ranting pohon dan dedaunan, sedangkan bunga-bunga mengatupkan mahkotanya dari terpaan sinar bulan temaram, lantas keheningan pun turun mengendap menyelubungi malam, aku hanya mendengar gemeresak langkah-langkah menyibak rerumputan.  Kuamati dengan tajam dan tampak olehku sepasang remaja menuju ke tempatku, saling bergandengan tangan.  Mereka duduk dalam naungan pohon , sehingga aku dapat melihat mereka sedang melihat diriku juga.
     Sesudah si pemuda menengok ke kiri dan ke kanan, kudengar dia berkata, "Duduklah dekatku, sayang, dan dengarkan debar hatiku; tersenyumlah selalu, sebab kebahagiaanmu merupakan lambang masa depan kita berdua; bergairahlah terus, sebab hari-hari gemilang dan penuh sukacita akan bersama dengan kita."
     "Jiwaku ini telah mengisyaratkan pada diriku tentang kebimbangan yang tersirat dalam dirimu, dimana kebimbangan dalam cinta adalah dosa."
     "Tak lama lagi kau 'kan menjadi pemilik tanah yang luas ini, disinari oleh senyum sang rembulan nan cantik jelita ini dan segera dirimu akan menjadi penguasa istanaku; semua pelayan dan dayang-dayang akan mengikuti perintahmu."
     "Tersenyumlah kasih laksana kemilau emas yang tersenyum dari isi peti-peti harta ayahku."
     "Hatiku tak hendak menyimpan rahasia ini. Dua belas bulan lamanya kita akan bersantai dalam perjalanan pesiar nanti, setahun lamanya akan kita belanjakan emas ayahku di tepi danau Swiss nan biru lazuardi, kita berwisata meninjau seni bangunan kuno Mesir dan Italia, diselingi dengan istirahat di bawah pepohonan Siprus, Keramat Lebanon. Kau akan menemui putri-putri keraton yang akan merasa iri melihat perhiasan dan busana yang kau kenakan."
     "Semuanya ini akan kulakukan hanya untuk dirimu; merasa puaskah engkau?"
     Tidak lama kemudian, kulihat mereka bangkit dan berjalan menginjakkan kaki di atas bunga-bunga.  Sementara mereka menghilang dari pandangan, kulanjutkan  berpikir dan membuat perbandingan, antara cinta-kasih dan harta kekayaan, serta menelaah kedudukannya dalam perasaan.
     Uang! Sumber cinta yang tidak tulus, awal mula cahaya palsu dan harta, sumur air yang berbisa; sebab-musabab derita di masa tua!
     Sedang aku masih terhanyut dalam pengembaraan di sahara luas alam renungan, sepanjang kekasih laksana bayangan malam yang mengesankan kesedihan melewati tempatku, lalu duduk di atas rerumputan: seorang pria muda dan seorang wanita remaja, yang telah meninggalkan gubugnya di pemukiman kaum tani, dan menyisihkan diri ke tempat yang sejuk dan sunyi ini.
     Beberapa waktu berlalu dalam keheningan bisu, dan kudengarlah kata-kata yang dituturkan dengan nada sendu, dari bibir yang pecah-pecah didera cuaca yang menggebu: "Jangan menangis, kekasihku; cinta yang membuka mata kita dan menguasai hati ini, dapat pula memberik kesejukan kesabaran.  Tenanglah hati menghadapi penundaan ini karena sumpah telah kita ikrarkan dan mahligai Cinta telah kita masuki. Cinta kita bakal tumbuh senantiasa dalam jarak yang memisahkan kita.  Demi Cintatalah kita menahan himpitan kemiskinan dan kepedihan derita, kehampaan rasa dalam perpisahan. Akan kutanggulangi segala cobaan ini sampai menang, dan meletakkan ke dalam tanganmu suatu daya kekuatan, yang bakal menunjang kita mengatasi segala rintangan demi pencapaian tujuan kehidupan."
     "Cinta - Tuhanlah itu - akan mengindahkan rintihan kalbu dan air mata kita, laksana setanggi yang mewangi di altar-Nya dan Dia akan menganugerahi kita kelapangan. Selamat tinggal, kekasih hati; aku harus pergi sebelum bulan memudar di  sinar fajar pagi."
     Sealun suara bening digetari nyala asmara, dan kegundahan rindu yang pedih merana, bercampur kepasrahan manis kesabaran, terdengar suara : "Selamat jalan, kasihku."
     Berpisahlah keduanya, dan lagu duka tentang terbelahnya jiwa mereka, teredam oleh rintihan dalam hatiku sendiri, yang meratap ke surga, menangisi mereka.
     Kulayangkan pandang pada Alam yang terlena dan dalam renungan yang menukik ke dasar jiwa, kutemukan keberadaan nyata suatu wujud luas tanpa batas - sesuatu yang tak terjangkau oleh jamahan kekuasaaan, sentuhan pengaruh, ataupun bujukan kekayaan. Tiada pula ia terhapus oleh air mata sang waktu, ataupun terbinasakan oleh kematian; sesuatu wujud yang tak teraba, yang tiada tertemukan oleh danau-danau biru kemilau tanah Swiss, ataupu bangunan cantik agung tanah Italia.
     Dia adalah sesuatu yang mengerahkan daya kekuatan dengan kesabaran, tumbuh menerobos aral rintangan, menyinarkan kehangatan dalam Musim Dingin, mekar bersemi di Musim Semi, semilir menyejukkan  di Musim Panas, dan melahirkan buahnya di Musim Gugur - aku menemukan Cinta.

( diambil dari : Lagu Gelombang - Song of the Waves - karya Kahlil Gibran )
 

Share