وَلِلَّـهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
..walillaahi al-asmaau alhusnaa faud'uuhu bihaa wadzaruu alladziina
yulhiduuna fii asmaa-ihi sayujzawna maa kaanuu ya'maluuna..
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
~QS. Al-A'raf [7]:180~
قُلِ ادْعُوا اللَّـهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَـٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
..quli ud'uu allaaha awi ud'uu alrrahmaana ayyan maa tad'uu falahu al-asmaau alhusnaa
walaa tajhar bishalaatika walaa tukhaafit bihaa waibtaghi bayna dzaalika sabiilaan..
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
~QS. Al-Isra' [17]:110~
اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
..allaahu laa ilaaha illaa huwa lahu al-asmaau alhusnaa..
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),
~QS. Ta-Haa [20]:8~
هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
..huwa allaahu alkhaaliqu albaari-u almushawwiru lahu al-asmaau alhusnaa
yusabbihu lahu maa fii alssamaawaati waal-ardhi wahuwa al'aziizu alhakiimu..
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
~QS. Al-Hasyr [59]:24~
~Doa Asmaa-ul Husna~
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ
حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
..Allahumma Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika Wabnu Amatika Nashiyatii Biyadika Madhiin Fiiyya Hukmuka 'Adlun Fiiyya Qadha-uka As-aluka Bikullasmiin Huwa-laka Samaita-bihi Nafsaka Aw Anzaltahu Fii Kitabika Aw 'Alamtahu Ahadaan Min Khalqika Aw Asta'tsarta Bihi Fii 'Ilmi Alghaibi 'Indaka An Taj'ala AlQuran Rabii'a Qalbii Wa Nuur Shadrii Wa Jila'a Huznii Wadzahaba Hamy ..
"Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku adil pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku, Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar engkau menjadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku."
Kandungan Doa
Doa di atas mengandung persoalan-persoalan pokok dalam akidah Islam di antaranya:
1. Rasa gundah dan sedih yang menimpa seseorang akan menjadi kafarah (penghapus dari dosanya) berdasarkan hadits Mu'awiyah radliyallah 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِي جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
"Tidak ada sesuatu pun yang bisa menimpa seorang mukmin pada tubuhnya,
sehingga membuatnya sakit, kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya."
(HR. Ahmad 4/98, Al-Hakim 1/347 dan beliau menyatakan shahih sesuai syarat Syaikhain. Imam al-Dzahabi menyepakatinya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah 5/344, no. 2274)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
"Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka,
sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.”
~Muttafaqun alaih~
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94):
“Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu:
a. Dia mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).
b. Dia lupa (akan janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala.
Apabila engkau ditimpa musibah, maka janganlah engkau larut dalam kesedihan karena kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, akan berlalu tanpa arti.
Sebab dengannya Allah akan memberikan pahala serta menghapuskan dosamu.
Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi seseorang yang sedang tertimpa musibah:
1) merasa beruntung dengan mendapatkan penghapus dosa dan tambahan kebaikan, atau
2) merasa merugi, karena tidak mendapatkan kebaikan bahkan mendapatkan murka Allah Ta’ala karena dia marah dan tidak sabar atas takdir yang sedang menimpanya.”
2. Kedudukan ubudiyah merupakan tingkatan iman tertinggi. Oleh karena itu, seorang muslim wajib menjadi hamba Allah semata dan senantiasa beribadah kepada-Nya, Dzat yang tidak mempunyai sekutu. Hal ini ditunjukkan pada lafadz:
إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ
~Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika Wabnu Amatika~
~sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu~
3. Semua urusan hamba berada di tangan Allah sehingga mengikuti kehendak-Nya. Sehingga masyi'ah (kehendak) hamba mengikuti kehendak Allah. Hal ini ditunjukkan pada lafadz:
نَاصِيَتِي بِيَدِكَ
~naashiyatii biyadika~
~ubun-ubunku berada di tangan-Mu~
4. Allah yang berhak mengadili dan memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dalam perselisihan di antara mereka. Hal ini ditunjukkan pada lafadz:
عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ
~'adlun fiyya qadla-uka~
~ketentuan-Mu berlaku adil atas diriku~
Allah Ta'ala berfirman:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
~ini alhukmu illaa lillaahi amara allaa ta'buduu illaa iyyaahu dzaalika alddiinu alqayyimu~
~keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,..~
~QS. Yusuf 12:40~
5. Ketetapan takdir-Nya adil dan baik bagi seorang muslim. Jika dia mendapat kebaikan, maka dia bersyukur, ini baik baginya. Namun sebaliknya, bila dia tertimpa keburukan (musibah atau bencana), maka dia bersabar, dan itupun baik baginya. Semua perkara orang mukmin itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman.
~HR. Muslim~
6. Anjuran untuk bertawassul dengan Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Mahaindah) dan sifat-sifatnya yang Mahatinggi. Allah perintahkan sendiri bertawassul dengannya dalam firman-Nya,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
~walillaahi al-asmaau alhusnaa faud'uuhu bihaa~
~hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu..~
~QS. Al-A'raf: 180~
7. Nama-nama Allah dan sifat-sifatnya adalah tauqifiyyah yang tidak diketahui kecuali melalui wahyu. Allah sendiri yang menamakan diri-Nya dengan nama-nama tersebut dan mengajarkannya kepada para hamba-Nya.
8. Nama-nama Allah tidak terbatas pada 99 nama. Hal ini ditunjukkan oleh lafadz:
أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
~awis ta'tsarta bihii fii 'ilmil ghaibi 'indaka~
~atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu~
Sedangkan hadits yang menerangkan jumlah nama Allah ada 99
إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
~innalillaahi tis'atan wa tis'iina asmaan mi'atan illaa wa hidaan man ahshaha dakhala-al-jannah~
"sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya pasti masuk surga."
~HR. Bukhari dan Muslim~
Menurut imam al-Khathabi dan lainnya, maknanya adalah seperti orang yang mengatakan
~Saya memiliki 1000 dirham yang kupersiapkan untuk sedekah~
maknanya bukan berarti jumlah uang yang dimilikinya hanya 1000 dirham.
~Majmu' Fatawa: 5/217~
9. Al-Qur'an memberi petunjuk pada jalan yang paling lurus. Keberadaannya laksana musim semi bagi hati orang mukmin, memberi kenyamanan pada hatinya, menjadi cahaya bagi dadanya, sebagai pelipur kesedihannya, dan penghilang bagi kesusahannya. Hal ini menunjukkan kedudukan Al-Qur'an yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, atau suatu umat.
10. Siapa pun yang datang kepada Allah, Allah pasti akan mencukupkannya, siapa pun yang menghaturkan kefakirannya kepada Allah, Allah pasti mengayakannya. Siapa pun yang meminta kepada-Nya, Allah pasti akan memberinya. Dalam Musnad Ahmad dan Shahih Ibni Hibban serta yang lainnya, 'Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
~tidaklah seorang hamba mengucapkan doa ini tatkala ia didera keresahan atau kesedihan
melainkan Allah pasti akan menghilangkan keresahannya dan akan menggantikan kesedihannya
dengan kegembiraan~
11. Para Sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah sudah seharusnya kami mempelajari doa tersebut. Rasulullah menjawab,
~benar, sudah sepatutnya orang yang mendengarnya juga mau mempelajarinya~
As-Sunnah memuat petunjuk kehidupan manusia secara keseluruhan, oleh sebab itu wajib bagi kita untuk mempelajari As-Sunnah, mengamalkan serta mendakwahkan As-Sunnah.
Wallahu a'lam bil Shawab