Saung Saung

~Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh~
~Bismillahirahmanirahiim~

Manusia Adalah Umat Yang Satu ~ #OetjiK

~QS. Al Baqarah [2]:213~
..kaana alnnaasu ummatan waahidatan faba'atsa allaahu alnnabiyyiina mubasysyiriina wamundziriina wa-anzala ma'ahumu alkitaaba bialhaqqi liyahkuma bayna alnnaasi fiimaa ikhtalafuu fiihi wamaa ikhtalafa fiihi illaa alladziina uutuuhu min ba'di maa jaa-at-humualbayyinaatu baghyan baynahum fahadaa allaahu alladziina aamanuu limaa ikhtalafuu 
fiihi mina alhaqqi bi-idznihi waallaahu yahdii man yasyaau ilaa shiraathin mustaqiimin..

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Mankind was [of] one religion [before their deviation]; then Allah sent the prophets as bringers of good tidings and warners and sent down with them the Scripture in truth to judge between the people concerning that in which they differed. And none differed over the Scripture except those who were given it - after the clear proofs came to them - out of jealous animosity among themselves. And Allah guided those who believed to the truth concerning that over which they had differed, by His permission. And Allah guides whom He wills to a straight path.
~QS. Al Baqarah [2]:213~



Pada awalnya, manusia menjalani kehidupan dengan sangat sederhana dan terbatas. Namun dengan semakin meluasnya manusia dan lahirnya masyarakat-masyarakat secara alamiah, muncullah perselisihan antara rakyat dan memerlukan peraturan dan penguasa yang jelas. Di sinilah para Nabi berperan untuk menyelamatkan dan membimbing seluruh umat manusia dan mengadili serta membentuk pemerintahan yang berlandaskan kepada kitab-kitab samawi.
Kendati para Nabi telah banyak menguras tenaga dan usaha untuk menciptakan keamanan dan kestabilan sosial, namun tidak sedikit orang yang menentang dan tidak bersedia menerima kebenaran atas dasar hawa nafsu, fanatisme dan iri hati. Padahal dalam kenyataannya, hanya orang-orang Mukmin yang dapat mencapai persatuan dan kedamaian di bawah naungan iman kepada Allah dan kitab samawi-Nya serta meniti jalan kebenaran berdasarkan pada petunjuk dan bimbingan Allah SWT. Akan tetapi orang-orang kafir masih tetap tinggal dalam perselisihan dan konflik karena harta benda yang menjadi sumber kesesatan mereka.
Dari ayat tersebut di atas terdapat dua inti yang mengandung pembelajaran bagi kita, yaitu:
1. Masyarakat memerlukan undang-undang dan penguasa; dan sebaik-baik undang-undang adalah kitab-kitab samawi, dan sebaik-baik penguasa adalah para nabi dan para pemimpin agama.
2. Cara terbaik untuk menyelesaikan perselisihan antara manusia di dalam berbagai persoalan keluarga dan sosial, adalah dengan kembali pada hukum Allah, yaitu Al-Quraan dan Al-Hadits.


Kitab Samawi adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu dari Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul melalui malaikat Jibril.

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png


Kutipan Kutipan tentang #Damai ~ #OetjiK

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
~QS. Al-Hujurat [49]:10~


Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
~QS. Al-Anfal [8]:61~


Islam artinya Damai. ~ #MalalaYousafzai
Kedamaian berawal dari senyuman. ~ #BundaTeresa
Saya percaya adanya kedamaian, dan saya percaya pada kasih sayang. ~ #MalalaYousafzai
Kita tidak akan pernah meraih perdamaian di dunia luar sampai kita berdamai dengan diri kita sendiri. ~ #DalaiLama
Mereka yang selalu bertikai dengan orang lain, sebenarnya tidak memiliki kedamaian di dalam diri mereka sendiri. ~ #WilliamHazlitt
Jika tidak ada perdamaian, hal ini disebabkan karena kita telah melupakan bahwa kita saling memiliki satu sama lain. ~ #BundaTeresa
Masing-masing kita telah memiliki cara sendiri-sendiri dalam menemukan kedamaian dari dalam. Dan perdamaian itu akan menjadi nyata jika tanpa dipengaruhi oleh keadaan dari luar. ~ #MahatmaGandhi
Saya tidak hanya cinta damai tapi juga pejuang yang cinta perdamaian. Saya bersedia memperjuangkan perdamaian. Tidak ada yang akan mengakhiri perang kecuali orang-orang sendiri menolak untuk pergi berperang. ~ #AlbertEinstein
Perdamaian bukanlah suatu hubungan antar kenegaraan. Damai adalah kondisi pikiran yang ditimbulkan oleh ketenangan jiwa. Kedamaian bukan berarti tidak ada perang, namun merupakan keadaan pikiran. Perdamaian abadi hanya bisa datang dari orang-orang yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri. ~ #Jawaharlal Nehru
Kita berperang agar bisa hidup dalam kedamaian. ~ #Aristoteles
Kedamaian bukan berarti tidak ada perang; perdamaian adalah kebajikan, keadaan pikiran, watak atas kebajikan, kepercayaan, dan keadilan. ~ #BaruchSpinoza
Di mana ketidakpedulian masih menjadi tuan kita, maka tidak mungkin ada perdamaian yang nyata. ~ #DalaiLama

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png


Doa Memohon Hujan ~ #OetjiK

اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا
..Allahumma aghitsnaa, Allahumma aghitsnaa, Allahumma aghitsnaa..
Ya Allah! Berilah kami hujan. Ya Allah, turunkan hujan pada kami. Ya Allah! Hujanilah kami 
~Muttafaq alaih~

Riwayat dari Anas bin Malik bahwa ada seseorang memasuki masjid pada hari Jumat dari pintu yang menghadap Da al-Qadha (rumah ‘Umar bin Khattab). Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam sedang berdiri menyampaikan khotbah. Orang itu lalu berdiri menghadap Rasulullah seraya berkata , “Wahai Rasulullah, harta benda telah habis dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan buat kami!” Anas bin Malik bekata,” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: ..Allahumma aghitsnaa, Allahumma aghitsnaa, Allahumma aghitsnaa.. yang artinya: Yaa Allah! Berilah kami hujan; Yaa Allah, turunkan hujan pada kami; Yaa Allah! Hujanilah kami.
Anas bin Malik melanjutkan, ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikit pun awan, baik yang tebal maupun yang tipis. Juga tidak ada di antara tempat kami dan bukit itu sebuah rumah atau bangunan satu pun. Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan itupun menyebar, lalu turunlah hujan.'



Riwayat dari ‘Amru bin Syu’ayb, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata: ”Ketika Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam memohon turunnya hujan, beliau mengucapkan:

اَللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
 ..Allaahummasqi 'ibaadaka wabahaa imaka, wansyur rahmataka, wa ahyi baladakalmayyita..

Ya Allah, hujanilah hamba-hamba-Mu, binatang-binatang ternak-Mu, 
dan tebarkanlah rahmat-Mu, serta hidupkanlah tanah-Mu yang tandus
~HR. Abu Daud~



Riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah RA, dia berkata: “Beberapa perempuan mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam sambil menangis (karena kekeringan), kemudian beliau berdoa:

اَللَّهُمَّ أَسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ
..Allaahummasqinaa ghaytsaa mughiitsaa marii'an marii'an,
naafi'an ghayra dhaarrin, 'aajilan ghayra aajilin..

Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang dapat menolong kami, 
yang menyenangkan, yang menyuburkan, yang segera tanpa ditunda-tunda
~HR. Abu Daud~

Dan seketika itu juga, langit menurunkan hujannya atas mereka. Masya Allah…

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

Dari berbagai Sumber

Penjaga Hujan ~ #OetjiK



https://ukhtiuci.blogspot.com


..sudah sekian lama waktu berjalan..
..enam bulan yang berlalu tanpa kesan..
..aku berupaya mencari penjaga pintu hujan..
..untuk memohon kebaikan hatinya dalam kesan..
..aku mengetuk salah satu pintu yang menyerupai air..
..penjaga hujan keluar dan menanyakan kabar di bumi..
"..adakah kalian merasa bahagia walau tanpa setetes air..?"
"..karena aku diperintahkan agar tidak menurunkan air hujan.."
..Yaa Illahi Rabbi..Astaghfirullahaladziim, ampunilah dosa-dosa kami..

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

..The Rain Guard..

..after a bit long running time..
..six months that pass by, went unnoticed..
..I tried to find the rain guard..
..to invoke the goodness of his heart in the message..
..I knocked on one door in the form of the water drops..
..the rain guard came out and asked how was on earth..
"..Are you happy even though without a drop of water now..?"
"..because I commanded for not to drop the water.." said the rain guard
..Yaa Illahi Rabbi, Astaghfirullahaladziim, forgive all of our sins..

I.S.T.I.Q.A.M.A.H Di Dalam Al-Qur'an ~ #OetjiK

الأحقاف:١٣
..inna alladziina qaaluu rabbunaa allaahu tsumma istaqaamuu 
falaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna..

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah* maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. 
~QS. Al Ahqaaf [46]:13~

Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal saleh.


 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

Asmaa-ul Husna [ اَلاسْمَاءُ الْحُسناى ] dalam Al-Qur'an dan Doa Asmaa-ul Husna [ اَلاسْمَاءُ الْحُسناى ] ~ #OetjiK

http://fineartamerica.com/featured/asmaul-husna-the-beautiful-names-of-god-mamoun-sakkal.html


وَلِلَّـهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

..walillaahi al-asmaau alhusnaa faud'uuhu bihaa wadzaruu alladziina 
yulhiduuna fii asmaa-ihi sayujzawna maa kaanuu ya'maluuna..

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
~QS. Al-A'raf [7]:180~


قُلِ ادْعُوا اللَّـهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَـٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

..quli ud'uu allaaha awi ud'uu alrrahmaana ayyan maa tad'uu falahu al-asmaau alhusnaa 
walaa tajhar bishalaatika walaa tukhaafit bihaa waibtaghi bayna dzaalika sabiilaan..

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
~QS. Al-Isra' [17]:110~


اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

..allaahu laa ilaaha illaa huwa lahu al-asmaau alhusnaa..

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),
~QS. Ta-Haa [20]:8~


هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

..huwa allaahu alkhaaliqu albaari-u almushawwiru lahu al-asmaau alhusnaa 
yusabbihu lahu maa fii alssamaawaati waal-ardhi wahuwa al'aziizu alhakiimu..

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
~QS. Al-Hasyr [59]:24~


~Doa Asmaa-ul Husna~

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ
 حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي

..Allahumma Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika Wabnu Amatika Nashiyatii Biyadika Madhiin Fiiyya Hukmuka 'Adlun Fiiyya Qadha-uka As-aluka Bikullasmiin Huwa-laka Samaita-bihi Nafsaka Aw Anzaltahu Fii Kitabika Aw 'Alamtahu Ahadaan Min Khalqika Aw Asta'tsarta Bihi Fii 'Ilmi Alghaibi 'Indaka An Taj'ala AlQuran Rabii'a Qalbii Wa Nuur Shadrii Wa Jila'a Huznii Wadzahaba Hamy ..

"Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku adil pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku, Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar engkau menjadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku."


Kandungan Doa

Doa di atas mengandung persoalan-persoalan pokok dalam akidah Islam di antaranya:

1. Rasa gundah dan sedih yang menimpa seseorang akan menjadi kafarah (penghapus dari dosanya) berdasarkan hadits Mu'awiyah radliyallah 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِي جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

"Tidak ada sesuatu pun yang bisa menimpa seorang mukmin pada tubuhnya,
sehingga membuatnya sakit, kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya." 
(HR. Ahmad 4/98, Al-Hakim 1/347 dan beliau menyatakan shahih sesuai syarat Syaikhain. Imam al-Dzahabi menyepakatinya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah 5/344, no. 2274)

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka,
sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” 
~Muttafaqun alaih~

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94): 

“Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu:

a. Dia mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).

b. Dia lupa (akan janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala.

Apabila engkau ditimpa musibah, maka janganlah engkau larut dalam kesedihan karena kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, akan berlalu tanpa arti.

Sebab dengannya Allah akan memberikan pahala serta menghapuskan dosamu.

Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi seseorang yang sedang tertimpa musibah: 
1) merasa beruntung dengan mendapatkan penghapus dosa dan tambahan kebaikan, atau 
2) merasa merugi, karena tidak mendapatkan kebaikan bahkan mendapatkan murka Allah Ta’ala karena dia marah dan tidak sabar atas takdir yang sedang menimpanya.”

2. Kedudukan ubudiyah merupakan tingkatan iman tertinggi. Oleh karena itu, seorang muslim wajib menjadi hamba Allah semata dan senantiasa beribadah kepada-Nya, Dzat yang tidak mempunyai sekutu. Hal ini ditunjukkan pada lafadz: 

 إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ
~Inni 'Abduka Wabnu 'Abdika Wabnu Amatika~
~sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu~

3. Semua urusan hamba berada di tangan Allah sehingga mengikuti kehendak-Nya. Sehingga masyi'ah (kehendak) hamba mengikuti kehendak Allah. Hal ini ditunjukkan pada lafadz: 

نَاصِيَتِي بِيَدِكَ
~naashiyatii biyadika~
~ubun-ubunku berada di tangan-Mu~

4. Allah yang berhak mengadili dan memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dalam perselisihan di antara mereka. Hal ini ditunjukkan pada lafadz:

عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ
~'adlun fiyya qadla-uka~
~ketentuan-Mu berlaku adil atas diriku~

Allah Ta'ala berfirman:

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
~ini alhukmu illaa lillaahi amara allaa ta'buduu illaa iyyaahu dzaalika alddiinu alqayyimu~
~keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,..~
~QS. Yusuf 12:40~

5. Ketetapan takdir-Nya adil dan baik bagi seorang muslim. Jika dia mendapat kebaikan, maka dia bersyukur, ini baik baginya. Namun sebaliknya, bila dia tertimpa keburukan (musibah atau bencana), maka dia bersabar, dan itupun baik baginya. Semua perkara orang mukmin itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman
~HR. Muslim~

6. Anjuran untuk bertawassul dengan Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Mahaindah) dan sifat-sifatnya yang Mahatinggi. Allah perintahkan sendiri bertawassul dengannya dalam firman-Nya,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
~walillaahi al-asmaau alhusnaa faud'uuhu bihaa~
~hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu..~
~QS. Al-A'raf: 180~

7. Nama-nama Allah dan sifat-sifatnya adalah tauqifiyyah yang tidak diketahui kecuali melalui wahyu. Allah sendiri yang menamakan diri-Nya dengan nama-nama tersebut dan mengajarkannya kepada para hamba-Nya.

8. Nama-nama Allah tidak terbatas pada 99 nama. Hal ini ditunjukkan oleh lafadz:

أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
~awis ta'tsarta bihii fii 'ilmil ghaibi 'indaka~
~atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu~

Sedangkan hadits yang menerangkan jumlah nama Allah ada 99

إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
~innalillaahi tis'atan wa tis'iina asmaan mi'atan illaa wa hidaan man ahshaha dakhala-al-jannah~
"sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya pasti masuk surga." 
~HR. Bukhari dan Muslim~

Menurut imam al-Khathabi dan lainnya, maknanya adalah seperti orang yang mengatakan 

~Saya memiliki 1000 dirham yang kupersiapkan untuk sedekah~ 
maknanya bukan berarti jumlah uang yang dimilikinya hanya 1000 dirham.
~Majmu' Fatawa: 5/217~

9. Al-Qur'an memberi petunjuk pada jalan yang paling lurus. Keberadaannya laksana musim semi bagi hati orang mukmin, memberi kenyamanan pada hatinya, menjadi cahaya bagi dadanya, sebagai pelipur kesedihannya, dan penghilang bagi kesusahannya. Hal ini menunjukkan kedudukan Al-Qur'an yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, atau suatu umat.

10. Siapa pun yang datang kepada Allah, Allah pasti akan mencukupkannya, siapa pun yang menghaturkan kefakirannya kepada Allah, Allah pasti mengayakannya. Siapa pun yang meminta kepada-Nya, Allah pasti akan memberinya. Dalam Musnad Ahmad dan Shahih Ibni Hibban serta yang lainnya, 'Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:

~tidaklah seorang hamba mengucapkan doa ini tatkala ia didera keresahan atau kesedihan 
melainkan Allah pasti akan menghilangkan keresahannya dan akan menggantikan kesedihannya 
dengan kegembiraan~

11. Para Sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah sudah seharusnya kami mempelajari doa tersebut. Rasulullah menjawab, 

~benar, sudah sepatutnya orang yang mendengarnya juga mau mempelajarinya~

As-Sunnah memuat petunjuk kehidupan manusia secara keseluruhan, oleh sebab itu wajib bagi kita untuk mempelajari As-Sunnah, mengamalkan serta mendakwahkan As-Sunnah.


Wallahu a'lam bil Shawab


 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png


Dari berbagai sumber

..K.I.T.A.. ~ #Rumi ~ #OetjiK

https://ukhtiuci.blogspot.com



..kita adalah laut malam yang penuh dengan kilauan cahaya..
..kita adalah ruang di antara ikan-ikan dan sinar rembulan..
..sementara saat ini kita berdua duduk di sini bersama-sama..


~ #Rumi ~

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

..W.E..


..we are the night ocean filled with glints of light.. 
..we are the space between the fish and the moon..
..while we sit here together


~ #Rumi

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang: #Dirham [ درهم ] ~ #OetjiK

QS. Yusuf 12:20
..wasyarawhu bitsamanin bakhsin daraahima ma'duudatin wakaanuu fiihi mina alzzaahidiina..

Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.

❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀

Penjelasan Surat Yusuf[12] ayat 20: bahwa saudara-saudara Yusuf telah melemparkan Yusuf ke dalam sumur, lalu membawa pakaian Yusuf yang telah dilumuri dengan darah binatang. Kemudian, seraya berpura-pura menangis, mereka menghadap ayah mereka (Nabi Ya'kub alaihis salam) dan menunjukkan kesedihan atas peristiwa yang menimpa Yusuf. Akan tetapi,apa yang terjadi pada Yusuf. Beliau berada dalam sumur hanya beberapa saat, hingga datang rombongan musafir yang berhenti di dekat sumur tersebut untuk mengambil air minum.
Salah seorang dari mereka yang ditugaskan untuk mengambil air, menurunkan timba ke dalam sumur itu untuk mengambil air. Yusuf pun memegang tali timba tersebut dan dengan tali itu ia naik dan keluar dari sumur. Rombongan musafir itu pun memperlakukan Yusuf sebagai seorang budak, yang akan mereka bawa ke pasar budak, dan menjualnya, untuk mendapatkan uang.

Dari Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa mereka menjual Yusuf dengan harga dua puluh dirham. Demikian pula menurut Ibnu Abbas, Nauf Al-Bakali, As-Saddi, Qatadah, dan Atiyyah Al-Aufi; dan ditambahkan bahwa mereka membagi-bagi hasilnya, masing-masing orang dua dirham. Menurut Mujahid dua puluh dua dirham. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq dan Ikrimah empat puluh dirham.

Sementara itu, karena khawatir adanya orang-orang tertentu yang mengaku sebagai pemilik Yusuf, maka musafir itu menyembunyikan Yusuf diantara barang-barang bawaan mereka, dan membawanya ke pasar jual-beli budak. Sesampai di pasar tersebut, mereka menjualnya dengan harga yang rendah, karena mereka merasa tidak bersusah payah dan tidak pula mengeluarkan uang untuk mendapatkan Yusuf. 
Memang, seringkali seseorang yang memperoleh sesuatu dengan mudah, maka ia akan melepaskannya dengan mudah pula, dan tidak memahami nilai sesuatu tersebut (menghargai).

wakaanuu fiihi mina alzzaahidiina [Artinya: dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf]. Sesungguhnya yang dimaksud dalam ayat ini hanyalah saudara-saudaranya, dan bukan musafir.
Terdapat pelajaran dalam ayat tersebut, yaitu:
1. Kadang kala orang-orang yang memiliki hubungan dekatlah yang justru melemparkan seseorang ke dalam berbagai kesulitan. Akan tetapi berkat rahmat Allah, orang asing yang mengeluarkannya dari kesulitan tersebut, meski tujuan mereka bukan menolong.
2. Sebagian orang memandang orang lain sebagai barang dagangan, dan melupakan dimensi-dimensi maknawi dan kemanusiaannya.


 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

Dari berbagai sumber

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang: #Dinar [ دينار ] ~ #OetjiK

QS. Al Imran 3:75

..wa-min ʾahli l-kitābi man ʾin taʾmanhu bi-qinṭārin yuʾaddihī ʾilayka wa-minhum man ʾin taʾmanhu bi-dīnārin lā yuʾaddihī ʾilayka ʾillā mā dumta ʿalayhi qāʾiman dhālika bi-ʾannahum qālū laysa ʿalaynā fī l-ʾummiyyīna sabīlun wa-yaqūlūna ʿalā llāhi l-kadhiba wa-hum yaʿlamūn..

Among the People of the Scripture there is he who, if thou trust him with a weight of treasure, will return it to thee. And among them there is he who, if thou trust him with a piece of gold, will not return it to thee unless thou keep standing over him. That is because they say: We have no duty to the Gentiles. They speak a lie concerning Allah knowingly.


Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu[1]. Tetapi ada pula di antara mereka yang jika kamu percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya[2]. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata[3], "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (buta huruf)[4]." Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui[5].

❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀
Kata Dinar [دينار] hanya disebutkan satu kali dalam Al-Quran, yaitu dalam Surat Al-Imran[3] ayat 75; pada ayat ini, selain menyebutkan dinar sebagai satuan mata uang tertentu untuk pengukur nilai, juga mengisyaratkan tentang uang sebagai alat penyimpan nilai.

Surat Al Imran[3] ayat 75 menyebutkan tentang:

Akhlak dan keburukan Ahli Kitab dalam bermu'amalah dan dalam melakukan akad; sebagian mereka ada yang dapat dipercaya, dan sebagian lagi tidak.

Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu[1]. Tetapi ada pula di antara mereka yang jika kamu percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya[2]. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata[3], "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (buta huruf)[4]." Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui[5].

Tafsir Al Quran Surat Al Imran 3:75


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam ayat ini menerangkan keadaan Ahli Kitab dalam hal amanah dan khianat pada harta, setelah menyebutkan khianatnya mereka dalam agama, makar yang mereka lakukan dan sikap mereka menyembunyikan kebenaran.


[2] Dengan tidak berkhianat sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya. Jika mereka tidak berkhianat terhadap harta yang banyak, maka terhadap harta yang sedikit tentu lebih tidak berkhianat lagi.


[3] Yakni karena sifat khianatnya sebagaimana yang dilakukan Ka'ab bin Al Asyraf dan kawan-kawannya. Jika terhadap harta yang sedikit saja berani berkhianat apalagi terhadap harta yang banyak.


[4] Pernyataan ini merupakan anggapan halal dari mereka terhadap harta orang-orang Arab atau anggapan halal dari mereka berbuat zhalim kepada orang-orang yang tidak seagama dengan mereka. Mereka melihat rendah kepada orang-orang selain mereka, dan memandang besar diri mereka, oleh karena itu mereka menganggap bahwa orang-orang ummi tidak perlu dihargai dan dihormati. Mereka menggabung antara memakan harta yang haram dan meyakini sebagai sesuatu yang halal, mereka menyandarkan anggapan itu kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, padahal berdusta terhadap Allah lebih besar dosanya dibanding berkata tentang Allah tanpa ilmu.


[5] Yang mereka maksud dengan orang-orang Ummi dalam ayat ini adalah orang-orang Arab.


Kaitan dengan Surat Al Imran ayat Sebelumnya (69-74)

Pada ayat 69-74 sebelumnya telah mengungkapkan keburukan sebagian kaum yahudi dan nasrani antara lain:
(1) selalu berusaha menyesatkan banyak manusia,
(2) kufur terhadap ayat Allah,
(3) mencampuradukan antara hak dan bathil,
(4) menyembunyikan kebenaran,
(5) terkadang mengaku beriman, terkadang menampakan kekufuran,
(6) bersekongkol dengan orang kafir lainnya,
(7) melarang kelompoknya untuk memperhatikan da’wah dari yang bukan rasnya. 
Ayat selanjutnya masih mengungkap rangkaian sifat buruk sebagian yahudi dan nasrani, utamanya dalam urusan harta yang demikian mudah mencarinya dengan cara menipu.

Tinjauan Historis



Diriwayatkan dari Ibn Abbas, ada seorang yahudi punya tanggung jawab tentang uang emas sejumlah seribu dua ratus uwqiyah (sekitar 22 kg), dan ternyata mengembalikannya secara jujur serta lunas. Ayat ini turun memuji ahlul-kitab yang demikian. Sedangkan seorang yahudi dari Finhas punya tanggung jawab satu dinar (sekitar 4,25 gr emas) ternyata tidak membayarnya. Ayat selanjutnya mencela orang yahudi yang tidak jujur.

Tafsir Kalimat

Allah memberitahukan bahwa di antara orang-orang Yahudi itu terdapat orang yang suka berkhianat. Selain itu, Dia juga memperingatkan orang-orang yang beriman agar tidak terperdaya oleh mereka. Karena sesungguhnya di antara mereka terdapat:  
man in ta'manHu biqinthar [artinya: orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak]
Sedangkan kata biqinthar ialah harta yang banyak, baik berupa perak, emas ataupun lainnya. Menurut sebagian ulama, seperti al-Shan’ani (126-211H), biqinthar itu harta yang jumlahnya di atas 80.000 (delapan puluh ribu) dirham.  Menurut perhitungan saat ini  80.000= 8.000 dinar (10 dirham= 1 dinar = 4,25 g. emas).
yu-addiHi ilaiki [artinya: maka ia akan mengembalikannya kepadamu]
Maksudnya, jika ia diamanahi sesuatu harta kekayaan lebih sedikit dan itu, maka tentu saja akan lebih menunaikannya.
wa man in ta'manHu diinaril laa yu-addiHi ilaika illaa maa dumta 'alaiHi qaa-iman [artinya: dan di antara mereka ada juga orang yang jika kami mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikan kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya] yaitu dengan meminta dan terus-menerus menagih untuk mendapatkan hakmu. Jika terhadap satu dinar saja demikian keadaannya, maka terhadap sesuatu yang nilainya lebih dari satu dinar, maka tentu saja ia tidak akan mengembalikannya kepadamu.

Ibnu Abi Hatim mengatakan, dari Ziyad bin al-Haitsam telah menceritakan kepadaku Malik bin Dinar, ia berkata: "Disebut dinar karena ia adalah dien (perhitungan) dan naar (Neraka). Ada yang mengatakan, maknanya adalah siapa yang mengambil karena haknya, maka itulah dien (balasan)nya. Sedang siapa yang mengambil bukan karena hak, maka baginya naar (Neraka).
Firman-Nya, dzaalika bi annaHum qaaluu laisa 'alainaa fil ummiyyiina sabiil (artinya: yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' ") Maksudnya ialah, bahwa yang menjadikan (mendorong) mereka mengingkari kebenaran dan juga menolak kebenaran itu adalah pernyataan mereka, "Dalam ajaran agama kami, tidak ada dosa bagi kami memakan harta orang-orang ummi ~yaitu bangsa Arab~ karena Allah telah menghalalkannya bagi kami."
Allah pun berfirman: wa yaquuluuuna 'alallaaHil kadziba wa Hum ya'lamun (artinya: Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.") Maksudnya, mereka telah mengada-ada dengan ucapan kalimat tersebut dan membuat suatu kedustaan dengan kesesatan tersebut. Karena Allah telah mengharamkan kepada mereka memakan harta orang lain kecuali dengan cara yang benar. Namun mereka adalah kaum yang suka berdusta.

 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

Dari berbagai sumber

:::T.A.Q.W.A::: ~ #OetjiK

~QS. Al-Luqman [31]:33~
..yaa ayyuhaa alnnaasu ittaquu rabbakum waikhsyaw yawman laa yajzii waalidun 'an waladihi walaa mawluudun huwa jaazin 'an waalidihi syay-an inna wa'da allaahi haqqun falaa taghurrannakumu alhayaatu alddunyaa walaa yaghurrannakum biallaahi algharuuru..

Hai manusia, ber~takwa~lah kepada Tuhanmu dan takutlah bila suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
~QS. Al-Luqman [31]:33~


Taqwa is when you miss a single prayer, you feel uneasy the whole day..,
Taqwa is when you speak a lie , your instinct feels bad..,

Taqwa is the guilt that follows when you hurt someone knowingly or unknowingly..,
Taqwa is the shame and regret that follows a sin you did knowing fully well about it's stand in the sight of Allah..,
Taqwa is when you cannot sleep the whole night after disobeying or disrespecting your parents..,
Taqwa is to cry in the depths of night fearing none but the one above the Arsh..,
Taqwa is the fear that refrains us from sinning even when we are alone and nobody is looking..,
Taqwa is the guts and the will to please Allah, even when the whole world is hell bent on displeasing Him..,
Taqwa is to wear that beard and Hijab for the sole reason of pleasing Our Rabb and to keep it as per sunnah..,
Taqwa is to stay happy and smiling even after knowing this world is a prison for believers..,
Taqwa is the good manners and character that loving and fearing Allah brings in us..,
Taqwa is the struggle to better yourself according to Islam with each passing day..,
Taqwa is not only about rising in deen, it is more about falling but again rising up and never letting go..,


❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀ ❀
:::TAQWA   IS   ALL   ABOUT   WHAT   LIES   IN   THE HEART:::
Taqwa is stay mindful of Allah, and protect yourself from displeasing Him,
wherever you may be


...and if this heart is filled with proper Taqwa, then actions automatically follow...

...and the sweetness of these actions are so much better...

...Alhamdulillahi rabbil alamin...


 photo http___signatures.mylivesignature.com_54493_357_E8D18B00A8D4D89874CD5E1BBA4CA76B_zpsm6yjrqjk.png

Share